Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Agama Provinsi Maluku Utara, H. Sarbin Sehe, pada hari Rabu (25/11/2020) menghadiri Colloquim Tokoh Agama Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama RI melalui Sekretariat Jenderal secara virtual di ruang kerjanya Kanwil Kementerian Agama Provinsi Maluku Utara, Sofifi.
Kegiatan yang bertemakan Kerukunan dan Moderasi Beragama dalam konteks kemajemukan Indonesia tersebut, dibuka langsung oleh Menteri Agama, H. Fachrul Razi serta dihadiri oleh Tokoh-tokoh lintas agama, Ketua Forum Komunikasi Umat Beragam (FKUB), Kakanwil Kemenag dan Pimpinan Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri seluruh Indonesia.
Kegiatan yang digelar secara tatap muka langsung dan daring (dalam jaringan) ini hadir memberikan keynote speech, Direktur Diplomasi Publik, Yusron B. Ambary dan sebagai narasumber enam tokoh agama, diantaranya KH. Nasarudin Umar (Islam), Romo Franz Magnis-Suseno (Katolik), Pendeta Henriette Lebang (Kristen), Aak Diatmika (Hindu), Biku Bhante Tejavaro (Buddha), dan Xs. Budi S. Tanuwibowo (Khonghucu).
Dalam arahannya Menag menjelaskam, dari perspektif agama, kemajemukan adalah rahmat, kasih sayang dan kehendak Tuhan. Menurutnya Tuhan tidak menciptakan satu jenis pohon, atau satu jenis bunga, atau satu jenis spesies ikan, atau satu spesies rumput, atau batu, atau gunung, atau bahkan satu jenis sel molekul saja.
“Kemajukan itulah yang membuat kehidupan menjadi lebih dinamis dan berwarna, saling menopang, saling mengenal, dan saling mengasihi dan menyayangi,” tuturnya.
Menag mengatakan, ada banyak agama di Indonesia. Di masing-masing agama dan kepercayaan terdapat pandangan yang berbeda-beda. Pemeluk agama berhak berpandangan bahwa yang dianutnya adalah agama yang paling benar. Namun di sisi lain, pemeluk agama berbeda juga punya hak berpandangan hal yang sama bagi agama yang dianutnya.
“Untuk itulah pentingnya rasa saling menghargai dan menghormati antar pemeluk agama dan kepercayaan lainnya,” jelas Menag.
Menag mengharapkan pada Colloquium atau seminar tersebut dapat menghasilkan rumusan artikulasi moderasi beragama yang dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap ketertiban dan perdamaian dunia dalam upaya mewujudkan dunia yang lebih baik.
“Dengan moderasi beragama, umat rukun, Indonesia maju,” tegasnya.
Sementara itu, dihubungi usai kegiatan, Kakanwil H. Sarbin Sehe menjelaskan terkait Colloquium yang baru saja diikuti bahwa membangun sebuah Moderasi Beragama membutuhkan proses yang panjang. Dialog-dialog tokoh lintas agama sangat diperlukan dalam mensosialisasikan Moderasi Beragama agar menjadi kefahaman bagi semua.
Menurutnya, saat ini Kementerian Agama dalam memaknai kerukunan telah berupaya menghadirkan semangat kebersamaan umat beragama dalam simbol moderasi beragama dalam rangka memangkas ekstrimisme di masing-masing pemeluk agama atau umat beragama.
Selanjutnya H. Sarbin menjelaskan, bahwa masih banyak orang salah memahami bahwa Moderasi Beragama adalah ingin memoderasi agama, padahal bukan begitu. "Seluruh ajaran agama telah mengajarkan tentang bagaimana moderasi dalam hidup, sehingga moderasi beragama adalah memoderasi penganut agama yang belum faham tentang moderasi", pungkasnya.
Pengumuman & Info Penting
Layanan Online
Untitled Document
Saran dan Kritik
Daftar Saran/Kritik
Fikrian fikrian@gmail.com Halo bagaimana input data nya
ramli@yahoo.com Semoga website ini berguna untuk kepentingan Masyarakat dalamera keterbukann
Jakarta (Kemenag) Kementerian Agama melalui Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah sudah mengusulkan peralihan status 1.500 madrasah swasta yang tersebar di sejumlah daerah..