Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Maluku Utara, H. Sarbin Sehe, didampingi Kabid Haji dan Umrah, H. Ridwan Kharie, pada hari Minggu (04/10/20), menyapa sekaligus memberi pengarahan pada kegiatan Bimbingan Manasik Sepanjang Tahun, "Manasik Mandiri", yang dilaksanakan oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pulau Taliabu.
Pada kegiatan yang dilaksanakan di Masjid Al-Muhajirin Desa Wayo, Taliabu tersebut, ikut mendampingi Kakanwil, Kasubag Humas, Burhanuddin Onde, Kasi Pembinaan Haji, Syarif Ibrahim, serta Kamaruddin Abdul, Kasubag TU Kemenag P. Taliabu.
Tujuan Bimbingan Manasik Sepanjang Tahun adalah penguatan kapasitas pengetahuan ibadah haji, bagi jamaah calon haji, manasik mandiri merupakan salah satu program Gerakan Inovasi Amaliah Terpadu (GIAT) Kemenag Malut, yang diselenggarakan diseluruh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kota se-Provinsi Maluku Utara.
Dihadapan para calon jamaah haji, Kakanwil mengungkapkan rasa bahagia bisa ketemu dengan jamaah haji Pulau Taliabu, sekiranya bukan karena covid-19, semuanya telah selesai menunaikan ibadah haji. "Melihat wajah-wajah para jamaah calon haji, sepertinya baru pulang menunaikan ibadah haji", ungkapnya.
H. Sarbin menimpali, agar para jamaah tidak usah berkecil hati, terus bersemangat mempersiapkan diri memenuhi panggilan Allah musim haji tahun depan, "Kesempatan yang sangat haru ini, saya beri judul bacarita manasik “Kupenuhi Panggilan-Mu meski tertunda”, hibur Kakanwil.
Kakanwil pun menjelaskan bahwa penularan virus korona atau covid 19, telah merubah psikologi umat manusia sejagat, rasa takut, panik, khawatir, cemas dan was-was amat terasa secara global. Setiap harinya, pemberitaan di media massa tentang angka terpapar dan korban meninggal yang terus betambah, seanteru dunia, termasuk negar-negara adi kuasa, negara-negara maju, ikut tidak berdaya menghadapi penularan dan penyebaran virus korona atau covid- 19 yang begitu cepat, membahayakan kehidupan umat manusia.
Penularan virus korona atau covid-19 tidak mengenal batas dan sekat kehidupan sosial kemanusiaan, sikaya dan simiskin, pejabat dan pesuruh, raja atau rakyat, laki dan perempuan, tua atau muda, cerdas dan bodoh, masyarakat kota atau desa, suku, ras dan agama, pegawai, dokter, para medis, petani, nelayan, buruh, pedagang, pengusaha, ustat, kiyai, guru, semuanya sangat mungkin terpapar virus korona atau covid-19.
Ditetapkan sebagai pandemi atau epidemi global oleh organisasi kesehatan dunia World Health Organization, (WHO) dengan Ragam status penularan dan penyebaran virus korona atau covid-19, belum ada istilah penularan virus atau wabah penyakit sebanyak istilah yang dialamatkan pada virus korona atau covid-19. Ada istilah orang tanpa gejala (OTG), orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), hingga divonis positif dan korban meninggal dengan status virus korona atau covid-19, jelas Kakanwil kepada Jamaah Calon Haji.
Tidak sedikit stigma negatif yang dialamatkan kepada mereka yang terpapar virus korona atau covid-19, dijauhi lingkungan sekitarnya, mendapat perlakukan tidak semestinya, diisolasi ditempat disediakan secara khusus, terpisah dari pasien umum lainnya, bahkan jenazah tidak sedikit ditolak dari lokasi pekuburan umum.
H. Sarbin melanjutkan, bukan hanya aspek kesehatan, melainkan banyak aspek, seperti aspek psikologi dan sosial masyarakat, ketakutan, kecemasan, trauma yang dirasakan masyarakat, aspek pendidikan, aspek ekonomi, angka kemiskinan, pengangguran, pemutusan hubungan kerja, penutupan rumah ibadah, hingga aspek kehidupan beragama, aspek ritual ibadah ikut berubah menyesuaikan dengan upaya memutus mata rantai penularan, sebagaimana halnya didalam pelaksanaan ibadah shalat, menggunakan masker dan menjaga jarak aman dalam mengatur shaf shalat.
Kemudian Kakanwil menjelaskan bahwa Ibadah haji adalah mengunjunig kabah baitullah, untuk beribadah kepada Allah dengan mengerjakan ritual ibadah yang dimulai ritual ikhram di Makkah, wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah dan Mina, serta thawaf, sai dan tahalul di Masjidil Haram.
Mengunjungi kabah baitullah, serta mengerjakan ibadah ritual tersebut saja tidak cukup disebut haji, jika dikerjakan tidak pada musim haji atau waktu yang ditentukan berhaji bulan Zulhijjah mulai tanggal 8 s/d 15.
Ibadah haji adalah ibadah tahunan, sekali dalam setahun waktu dan tempat pelaksanaan ditentukan, di kota Makkah dan sekitarnya (Arafah, Muzdalifah dan Mina).
Ibadah haji, tidak dikerjakan di tanah air, berbeda dengan ibadah-ibadah lain, shalat, puasa dan zakat, dikerjakan dimana dan kapan saja. Penyelengaraan ibadah haji berlangsung dinegara Arab Saudi.
H. Sarbin menjelaskan pihak yang memiliki otoritas kuat dalam pelaksanaan ibadah haji, dilaksanakan atau tidak adalah Pemerintah Arab Saudi, meskipun negara-negara asal jamaah haji tentu tidak dapat diabaikan peranan dalam penyelenggaraan ibadah haji, tiap tahun mengirim umat Islam menunaikan ibadah haji.
Pemerintah melalui Kementerian Agama telah menetapkan melalui Keputusan Menteri Agama RI, nomor 494 tahun 2020, tentang pembatalan penyelenggaraan ibadah haji musim haji tahun 1441 H/2020 M, baik ibadah haji reguler maupun ibadah haji khusus.
Keputusan pemerintah ini atas pertimbangan penularan virus korona atau covid-19 masih berlangsung saat ini hingga belum dipastikan kapan berakhir, serta kebijakan pemerintah Kerajaan Arab Saudi, yang memutuskan penyelenggaraan ibadah haji tahun ini tidak dilaksanakan untuk umum seperti biasa.
Negara memiliki kewajiban melindungi rakyatnya atas keselamatan jiwa, kesehatan, keamanan, kenyamanan dalam menunaikan ibadah haji. Keputusan pemerintah semata-mata kepentingan jamaah haji dalam menunaikan ibadah haji,
Hal tersebut berdampak, sebanyak 221,000 jamah haji yang terdiri dari jamaah haji reguler 203,320 dan jamaah haji khusus 17,680 tahun ini terpaksa harus menunda memenuhi panggilan atau undangan Allah SWT, menjadi tamu Allah, termasuk jamaah calon haji asal Maluku Utara sebanyak 1,076 orang, lebih khusus Pulau Taliabu, senasib yang sama, menunda menyahuti panggilan Allah setahun kedepan.
Menurut Kakanwil, beragam macam, para jamaah calon haji, menanggapi pembatalkan penyelenggaraan ibadah haji tahun ini 1441 H/2020 M. Akan tetapi, keputusan Pemerintah adalah bagian dari kehendak Allah SWT, sebab ibadah haji adalah panggilan Allah.
Ada yang sedih dan menghawatirkan antrian tahun depan dengan relatif usia mereka yang relatif berusia lanjut. Bahkan ada yang masih berharap virus korona atau covid-19 segera berakhir agar penyelenggaraan ibadah haji dapat dilaksanakan.
Ada yang seperti tidak berharap lagi, bisa menyambut panggilan suci Allah tahun depan mengingat kondisi usia dan kesehatan mereka. Rasa cemas, harapan, pasrah dan doa yang diekspresikan dalam bahasa lisan dan tubuh, sepertinya tidak berlebihan, sebab masa menunggu mereka jamaah calon haji relatif lama, dengan suka duka menyiapkan bekal, biaya dan segala hal-ikhwal yang melingkup ibadah haji, serta rasa ingin segera menyeru panggilan Allah yang begitu menggebu.
Satu sama lain dalam mengumpulkan biaya ibadah haji pastilah berbeda, yang petani berbeda dengan seorang pegawai negeri, pelaut, pedagang, buruk kasar, buruh begasi,ada karena memiliki kelebihan sebagai tokoh agama yang mendapat fasilitas negara atau pemerintah, ada yang tidak memerlukan keringat, ada harus banting tulang, dan sebagainya, tutur H. Sarbin.
"Inilah sebabnya ekspresi lisan dan bahasa tubuh masing-masing jamaah calon haji sangat berbeda dalam memandang pembatalan penyelenggaraan ibadah haji tahun ini", jelas H. Sarbin
Kakanwil menerangkan, semua yang terjadi dimuka bumi ini tentu semuanya ada hikmah, ada pelajaran penting disiapkan Allah SWT, baik terhadap penularan virus korona atau covid-19, maupun harus menunda menyahuti panggilan Allah SWT atas pembatalan ibadah haji tahun ini.
Sebagai orang beriman, tentunya mengutamakan harapan dan doa, agar tidak terus memandang pada kesedihan, kesulitan, yang dialaminya, semisalnya virus korona atau covid 19, begitu pula dengan pembatalan penyelenggaraan ibadah haji tahun, akan tetapi terus memandang dibalik ujian itu ada hikmah dan pelajaran amat berharga yang disiapkan Allah SWT.
Terakhir Kakanwil mengutip seorang Maestro Motivator Muslim Dunia, Dr.H.Ibrahim Elfiky, dalam buku Terapi Berpikir Positif, yang mengatakan “Kadangkala Allah menutup pintu yang ada didepan kita, tapi Dia membuka pintu lain yang lebih baik".
"Namun kebanyakan manusia menyia-nyiakan waktu, konsentrasi dan tenaga untuk memandang pintu yang tertutup dari pada menyambut pintu impian yang terbuka dihadapannya”, tutup Kakanwil
Pada kegiatan tersebut juga diserahkan buku Manasik Haji dari Kanwil Kemenag Malut kepada KanKemenag Kab. Taliabu, untuk diserahkan kepada masing-masing Jamaah Calon Haji Kab. Taliabu.
Pengumuman & Info Penting
Layanan Online
Untitled Document
Saran dan Kritik
Daftar Saran/Kritik
Fikrian fikrian@gmail.com Halo bagaimana input data nya
ramli@yahoo.com Semoga website ini berguna untuk kepentingan Masyarakat dalamera keterbukann
Jakarta (Kemenag) Kementerian Agama melalui Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah sudah mengusulkan peralihan status 1.500 madrasah swasta yang tersebar di sejumlah daerah..